Sabtu, 05 Februari 2011

askep efusi pleura



                                                          ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

                                OLEH :

                       

·       FRESLY MELLOLO



TINGKAT   : II A

AKADEMI KEPERAWATAN TORAYA

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

BAB I
KONSEP MEDIK
A.    DEFENISI
Efusi pleural, adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit primer yang jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
B.      ETIOLOGI
            Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragis
1)   Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2)   Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3)   Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, tuberkulosis.
4)   Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakti Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

C.    MANIFESTASI KLINIS     
·         Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
·         Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, dan batuk.
·         Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
·         Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
·         Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D.    PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·         Pemeriksaan Rontgen dada, pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
·         Ultrasonografi
·         Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks).
·           Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan Ph.
·         Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
F.  INSIDEN
                          Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa penderita. Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah yang berlebihan didalam rongga pleura. Efusi pleura dapat disebabkan antara lain  Neoplasma seperti bronkogenik dan metastatik, kardiovaskuler seperti gagal jantung, dan infeksi virus maupun bakteri.














   PENYIMPANGAN KDM
 Gagal jantung kongestif, Asites                                                Infeksi, neoplasma, infark paru
Pe    tek. Vena sistemik & tek.                                                      Pe   permeabilitas membrane                      Kapiler            dinding dada                                                                                      Kapiler
Me    kapasitas reabsobsi pem. darah                                Kegagalan aliran protein getah Subpleural & aliran getah bening me                                                           bening
Filtrasi cairan ke rongga pleura & paru-paru me                            Peningkatan konsentrasi                                                                                                                             cairan pleura
         Transudat                                                                                                   Eksudat
                                                                   Penumpukan cairan dirongga pleura
 Merangsang pengeluaran                    Penekanan cairan di rongga pleura
 Mediator kimia (B,H,P)
Rangsangan dihantarkan ke Thalamus   Penekanan pada paru-paru
Cortex cerebri                                     Pengembangan/ekspansi paru menurun
Pola  nafas tidak efektif
Nyeri
Dipersepsikan                                                 Sesak nafas                                        Hipoventilasi                                                                                                                                           alveolus                                                                                                                              
Ransangan simpatis                                                                                      Penurunan suplay O2
Gangguan pertukaran gas
Merangsang medulla vomiting center(mual & muntah)
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan nafsu makan                                                                                                                                               
                                                                                                                                               
                                                                                    BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN
               Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito, 2000,2).
           Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2). Data dasar pengkajian pada efusi pleural meliputi :
1.    Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan/atau kelelahan
              Tirah baring lama/imobilisasi
Tanda : Dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2.   Sirkulasi
      Gejala : Riwayat cedera dinding vena, gagal jantung.
Tanda : Takikardi, disritmia, hipertensi/hipotensi, DVJ


2.  Integritas ego
      Gejala : Ketakutan, perasaan mau pingsan.
Tanda : Gelisah, gemetar, perilaku panic, wajah tegang.
4.   Makanan / cairan
Gejala: Mual
Tanda : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, kesulitan menelan.
5.  Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan.
            Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
6.      Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi

B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  penurunan nafsu makan.

C.   INTERVENSI KEPERAWATAN
  1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Batasan karakteristik :
-       Pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-       Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
-       Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia






Intervensi
Rasionalisasi
      1.   Kaji pola nafas klien

2.    Catat kecepatan/kedalaman pernafasan, sianosis, pengunaan otot aksesori/kerja pernafasan, munculnya dispnea.


3.    Atur posisi semi fowler dan bantu klien untuk mengubah posisi.

4.    Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir.

5.    Berikan dorongan penggunaan pelatihan oto-otot pernafasan jika diharuskan,


1.    Untuk mengetahui tingkat masalah serta untuk membantu menentukan intervensi selanjutnya.
2.    Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat dan peningkatan nafas menunjukkan kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan/intervensi medis.
3.    Posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4.    Membantu klien memperpanjang waktu ekspansi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
5.    Menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan
2.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran akveolar kapiler
                Batasan karakteristik :
-             Penurunan ekspansi dada

-          Perubahan RR, dyspnea, nyeri dada
-          Penggunaan otot aksesori
-          Penurunan fremitus vokal, bunyi napas menurun
          Kriteria hasil :
          - Klien akan :
1.           Melaporkan berkurangnya dyspnea
2.           Memperluihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Intervensi
Rasionalisasi
  1. Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas , kelelahan

  1. Evaluasi perubahan kesadaran . Perhatikan adanya cyanosis , dan perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger

  1. Dorong/ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi


  1. Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga menghasilkan gejala distress pernafasan.

  1. Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital


  1. Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek
3.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d  penurunan nafsu makan.
Batasan karakteristik  : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
kriteria hasil :
                        adanya peningkatan berat badan
                        porsi makan dihabiskan
Intervensi
Rasionalisasi
1.    Kaji pola makan klien 

2.    Timbang berat badan klien sesuai kebutuhan
3.    Sediakan makanan yang sedikit  tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai klien.
1.     Sebagai penentu derajat masalah dan untuk membantu intervensi selanjutnya
2.     Indicator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat
3.     Mendorong konsumsi makanan berkalori tinggi, yang dapat merangsang nafsu makan serta mencegah terjadinya pengosongan lambung.

D.   PENATALAKSANAAN
         Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
            Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
E.   Evaluasi
            Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
a.      Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
b.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c.      Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk mengembalikan aktivitas seperti biasanya.
d.      Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang merawatnya.
e.      Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

 Baughman, C. Diane, Keperawatan Medikal bedah, Jakarta EGC ;  2000
Marilyn. E. Doengus, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Jakarta EGC ; 1999
Mansjoer, Arif dkk, Kapita Selekta Kedokteran jilid 3, Jakarta Media  Aesculapius ; 2001
Underwood, J.C.E , Patologi umum dan sistematik. Edisi 2,  Jakarta EGC ;  1999
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan keparawatan Padjajaran, Bandung.

1 komentar: