ASKEP ATELEKTASIS
NAMA : FRESLY MELLOLO
NIM : 09.018
TINGKAT : II A
AKADEMI KEPERAWATAN TORAYA
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnyalah sehingga makalah ini yang berjudul “ Atelektasi” saya dapat selesaikan dengan baik. Makalah ini dapat telah melewati tahap penyusunan yang telah disusun dengan sistematis dimana makalah ini menguras tentang sala satu gangguan pada sistem pernapasan yaitu, Atelektasis, bagaiamana dan mengapa Atelektasis dapat terjadi.
Tujuan disusunya makalah ini, agar dapat membantu mahasiswa untuk memahami dan mempunyai bahan acuan yang lengkap untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat mencerminkan sikap yang baik.
Makale,
Penulis
BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kehadiran paru bawaan atau Congunital, infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi, dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh lainya.
Meskipun Atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitanya dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti “ pengembangan paru-paru yang tidak sempurna dan dan menerangkan arti bahwa Alveolus pada bagian paru-paru terserang tidak mengandung udara dan Collaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernapasan yang dangkal. atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua(remaja).
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab dari atelektasis.
2. Untuk mempelajari patofisiologi dan manifestasi klinik dari atelektasis.
3. Untuk mempelajari pemeriksaan diagnostik dan penetalaksanaan atelektasis
4. Untuk mempelajari tentang penyimpangan KDM, prognosis dan pencegahan dari atelektasis.
BAB. II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Menurut kamus kedokteran ( Ed, 2005), atelektasis adalah pengembangan paru-paru secara tidak sempurna pada bayi baru lahir. Menurut kamus keperawatan ( Ed.17, penerbit buku kedokteran, EGC) aktelektasis adalah sejumlah alveoli,paru tidak mengandung udara akibat kegagalan ekspansi (atelektasis kongenital) atau kegagalan resorpsi udara dari alveoli ( collaps ). Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan collaps, dimana paru tidak dapat mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus / alveoli paru yang tidak mengandung udara.
B. ETIOLOGI
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan. Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) . Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel..
D. TANDA & GEJALA
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum)
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan fisik :
· Pada tahap dini sulit diketahui.
· Ronchi basah, kasar dan nyaring.
· Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
· Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
· Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
· Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
· Pada kavitas bayangan berupa cincin.
· Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
· Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
· Sputum : pada kultur ditemukan BTA
· Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
F. PENATALAKSANAAN :
· Penyuluhan
· Pencegahan
· Pemberian obat-obatan :
1. OAT (obat anti tuberkulosa) :
2. Bronchodilatator
3. Expektoran
4. OBH
5. Vitamin
· Fisioterapi dan rehabilitasi
PENYIMPANGAN KDM
Trauma, sumbatan benda asing pada bronkus
Gangguan syaraf pernafasan dan otot pernafasan
Peningkatan permibilitas membrane alveolus kapiler
Gangguan epithelium alveolar Gangguan epithelium kapiler
Penumpukan cairan alveoli Cairan masuk ke intertisial
Oedema pulmo Peningkatan tahanan jalan nafas
Penurunan complain paru kehilangan fungsi silia Sal. pernafasan
Pola nafas tidak efektif |
cairan surfaktan menurun
Gangguan pengembangan paru ( atelektasis) kolaps alveoli
Ventilasi perfusi tidak seimbang
Kekurangan O2 pada sel
Gangguan pertukaran gas |
ATP terganggu
Intoleransi aktivitas |
BAB. III
TEORI ASKEP
1. PENGERTIAN
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terakhir juga manifestasi penyakit sebelumnya, serta pengkajian secara fisik.
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi seringkali menunjukan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil pemeriksaan fisik pada aktelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan adalah :
· Inspeksi → berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit
· Palpasi → fermitus berkurang, trkea dan jantung bergeser kearah sisi yang sakit.
· Perkusi → pekak atau datar
· Auskultasi → suara pernapasan tidak terdengar.
Beberapa daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
· Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan bernapas?
· Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
· Jenis aktivitas apa?
· Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas
· Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan fisik.
Beberapa pertanyaan yang patut dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk
Ø Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
Ø Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?
Ø Apakah pasien mengkonsfriksi otot-otot oksesori selama inspisasi.
Ø Apakah nampak sionosis?
Ø Apakah penah leher pasien nampak membesar?
Ø Apakah pasien mengalami ademe perifer?
Ø Apakah pasien botak? Warna, jumlah dan konsistensi spotum pasien?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tekanan paru
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan sesak
3. INTERVENSI
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan tekanan paru.
Intervensi | Rasional |
1. Identifikasi, etiologi atau faktor percetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, konplikasi ventilasi mekanik. 2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan atau pernapasan serak, dispnea, terjadinya sianosis dan perubahan vital. 3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. | 1. Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan slang dada yang tepat dan memili tindakan terapeutik lain 2. Distres pernapasan dan perubahan TTV dapat terjadi akibat stres fisiologi dan nyeri. 3. Kesulitan bernapas dengan vintilator dan peniongkatan tekanan jalan napas didugamemburuknya kondisi/terjadinya komplikasi |
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kolaps alveoli.
Intervensi | Rasional |
1. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu nafas bibir 2. Auskultasi bunyi nafas untuk penurunan aliran udara dan adanya bunyi tambahan 3. Awasi TTV 4. Beri oksigen dan metode yang tepat | 1. Berguna dalam evaluasi derjad distres pernapasan atau kronisnya proses penyakit 2. Bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. 3. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas dispnea dan kerja nafas 4. Takikardia distrima perubahan TD dapat menunjukka efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung |
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak
Intervensi | Rasional |
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan 2. Kelemahan atau kelebihan dan perubahan TTV selama dan sesudah aktivitas 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. 4. Bantu pasien memilih porsi yang nyaman untuk istrihat dan tidur. | 1. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 2. Menurunkan distres dan rangsangan yang berlebihan atau meningkatkan istrahat 3. Membuat pasien nyaman apa bila kepala ditinggikan, tidur dikursi atau menunduk ke depan meja atau bantal. |
BAB. III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yangtidak mengandung udara.
SARAN
Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat karena sebagian angka penyakit mortalitas dari penyakit gangguan pola napas adalah penyakit atelektasis. Penanganan yang tepat dan baik akan memberikan ketepatan dalam pencegahan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan, Jakarta. Salemba medika
Wilson. 2006. Patofisiologi,edisi 6, vol.2. Penerbit : Buku kedokteran.EGC, Jakarta.